MODUL 10 SEJARAH KELAS XI / PAKET C / SETARA SMA IPS - EKO SUBIANTORO'S BLOG

MODUL 10 SEJARAH KELAS XI / PAKET C / SETARA SMA IPS

  

MODUL 10 - PERLAWANAN BERSENJATA DARI RAKYAT INDONESIA

UNIT 1

A. SEJARAH PENJAJAHAN JEPANG 

                Pada tanggal 11 Januari 1942, tentara Jepang dan angkatan lautnya yang kurang lebih berjumlah 20.000 orang mendarat di pantai timur wilayah Tarakan, Kalimantan Timur. Begitu tiba di Tarakan, tentara Jepang disambut oleh tentara Belanda yang sudah menduduki wilayah itu. Belanda yang tidak terima tentu menyerang tentara Jepang, sehingga terjadilah pertempuran sengit. Pada tahun yang sama, faksi dari Sumatera menerima bantuan Jepang untuk mengadakan revolusi terhadap pemerintahan Belanda di Indonesia. 

                Singkatnya, pada bulan Maret 1942 pasukan Belanda akhirnya dapat dikalahkan Jepang. Akibatnya banyaknya dampak negatif yang merugikan, rakyat Indonesia akhirnya menyusun perlawanan besar-besaran kepada Jepang. Perlawanan rakyat ini terjadi secara masif di berbagai daerah seperti Indramayu, Singaparna, Tasikmalaya, Aceh, Papua, Blitar, Cilacap hingga Kalimantan. Berikut ini sejumlah bukti kekejaman para penjajah Jepang terhadap rakyat Indonesia :

1. Membuat rakyat Indonesia hidup secara tak manusiawi Para penjajah Jepang memiliki cara yang licik untuk mengelabui rakyat Indonesia. Mereka datang mengaku sebagai "saudara tua" bangsa kita untuk mendapatkan simpati. Tak hanya itu, janji kemerdekaan juga digemborkan di awal kedatangan, sehingga rakyat memercayainya. Namun ternyata, semua kebaikan itu hanya berlangsung dalam waktu yang singkat. Tak lama setelah Jepang menduduki Banten, makanan, obat-obatan, pakaian, dan berbagai barang kebutuhan lainnya menghilang dari pasar. Akibatnya, rakyat pun sangat menderita. Mereka terpaksa makan seadanya dan mengenakan karung goni sebagai alat penutup tubuh. Belum lagi jika sakit, tak ada obat yang bisa diakses, sehingga rakyat menggunakan tumbuh-tumbuhan herbal seadanya.

2. Romusha, kerja paksa ala Jepang Bukti kekejaman Jepang yang paling terkenal adalah romusha. Mereka memaksa rakyat, terutama para petani, untuk mengerjakan berbagai hal. Mulai dari terjun ke medan perang, membangun berbagai benteng, penjara, dan lain sebagainya. Para pekerja romusha direkrut dengan paksa. Setiap kepala daerah harus menyetorkan data laki-laki usia produktif, setelah itu mereka akan dipanggil untuk menjadi romusha. Saat panggilan datang, keluarga harus merelakan mereka, karena sering kali para pekerja tersebut tidak kembali lagi ke rumahnya. Setelah menjadi romusha, mereka akan diberi pakaian "seragam" berupa karung goni yang berkutu. Setiap hari para pekerja paksa itu harus melakukan tugas yang berat tanpa istirahat dan makanan yang cukup. Tubuh mereka pun kurus dan lemah, namun tetap harus bekerja dengan berat. Para tentara Jepang pun mengawasinya setiap waktu. Cambuk, pentungan logam, dan berbagai senjata siap untuk diayunkan kapan saja ketika ada romusha yang melawan, berusaha melarikan diri, atau mencuri waktu istirahat. Tujuan utama Jepang menduduki Indonesia adalah untuk menguasai sumber-sumber alam, terutama minyak bumi, guna mendukung potensi perang Jepang serta mendukung industrinya. Jawa dirancang sebagai pusat penyediaan bagi seluruh operasi militer di Asia Tenggara, dan Sumatera sebagai sumber pasokan minyak utama.

                Adanya perlakuan yang semena-mena oleh tentara Jepang dan pelaksanaan romusha menjadikan rakyat menderita. Akibatnya, timbul rasa benci yang mendalam terhadap tentara Jepang, sehingga terjadi perlawanan bersenjata dari rakyat, diantaranya sebagai berikut :

1) Perlawanan Rakyat Aceh

            Perlawanan rakyat Aceh pada Jepang terjadi dua kali, yaitu perlawanan di bawah pimpinan Tengku Abdul Jalil dan Tengku Hamid. Perlawanan di bawah pimpinan Tengku Abdul Jalil terjadi di daerah Cot Plieng, pada 10 November 1942. Latar belakang terjadinya perlawanan adalah tindakan semena-mena pasukan Jepang kepada umat Islam, seperti pembakaran masjid dan pembunuhan sebagian jamaah ketika sedang shalat Subuh.

                Perlawanan rakyat Aceh selanjutnya terjadi di Sesa Meureu pada November 1944 di bawah pimpinan Tengku Hamid. Perlawanan rakyat Aceh di bawah pimpinan Tengku Abdul Jalil dan Tengku Hamid ditumpas secara keji oleh tentara-tentara Jepang.

2) Perlawanan Rakyat Sukamanah (Tasikmalaya)

                Perlawanan rakyat Sukamanah terjadi pada 25 Februari 1945 di bawah pimpinan K.H. Zaenal Mustafa. Perlawanan rakyat Sukamanah di akibatkan rakyat Sukamanah menolak melaksanakan Seikerei, yaitu penghormatan kepada Kaisar Jepang dengan cara membungkukkan badan ke arah timur (Tokyo). Akibat penolakan ini, tentara Jepang melakukan pembantaian pada umat Islam yang melaksanankan shalat Subuh. K.H.Zaenal Mustafa pimpinan pesantren di Sukamanah, memimpin rakyat untuk melakukan perlawana pada tentara Jepang. Perlawanan rakyat ini dapat dipadamkan oleh Jepang. K.H.Zaenal Mustafa berhasil ditangkap lalu dijatuhi hukuman mati.

3) Pemberontakan PETA di Blitar

                Pemberontaakan PETA di Blitar terjadi pada 14 Februari 1945 di bawah pimpinan Suprijadi, seorang komandan pleton PETA. Pemberontakan ini dikarenakan tidak tahan melihat penderitaan rakyat akibat pelaksanaan romusha. Pemberontakan PETA di Blitar merupakan pemberontakan terbesar yang dihadapi Jepang, sehingga hal ini menyadarkan Jepang bahwa sikap nasionalisme rakyat Indonesia telah berkembang. Pemberontakan PETA di Blitar dapat dipadamkan setelah Jepang menggunakan berbagai cara. Anak buah Suprijadi sebanyak 35 orang berhasil ditangkap lalu dijatuhi hukuman. Suprijadi sendiri nasibnya tidak diketahui hingga saat ini.

4) Perlawanan Rakyat di Indramayu

                Perlawanan rakyat Indramayu terjadi pada Juli 1944 di bawah pimpinan H. Madriyas. Perlawanan ini dilatarbelakangi oleh tindakan kejam tentara Jepang kepada rakyat. Perlawanan ini juga dapat ditindas secara keji oleh tentara Jepang.


C. PERLAWANAN TIDAK BERSENJATA DARI RAKYAT INDONESIA

Kehidupan Sosial, Budaya, Ekonomi, dan Politik di Indonesia pada masa Pendudukan Jepang. Pendudukan Jepang di Indonesia yang tergolong singkat, antara tahun 1942 sampai dengan tahun 1945 membawa perubahan yang sangat besar bagi kehidupan bangsa Indonesia. Pengaruh pendudukan Jepang bagi kehidupan bangsa Indonesia adalah sebagai berikut :

1) Sosial

                Rakyat Indonesia pada masa pendudukan Jepang lebih sengsara dibandingkan pada masa Belanda. Jepang menjadikan rakyat Indonesia sebagai sumber tenaga untuk memenangkan Perang Pasifi k. Tenaga rakyat dieksploitasi melalui kerja paksa (romusha), untuk menanam jarak, membangun jalan, membangun benteng pertahanan, dan lain-lainnya. Pelaksanaan romusha di bawah pengawasan tonarigumi (semacam rukun tetangga), sehingga apabila rakyat tidak melaksanakannya akan mendapat siksaan dari tentara Jepang. 

                Pengerahan tenaga rakyat melalui romusha mengakibatkan terjadinya mobilisasi massa. Pulau Jawa yang merupakan pulau terpadat di Indonesia, penduduknya banyak dipindahkan ke daerah lain bahkan sampai ke luar pulau. Pemindahan penduduk melalui romusha sangat menurunkan jumlah penduduk, terutama penduduk yang produktif di pedesaan. Keadaan ini menjadikan desa kekurangan tenaga kerja, sehingga lahan-lahan pertanian tidak tergarap, yang tentunya mengurangi hasil pertanian. Penduduk banyak yang mengalami kelaparan.

2) Kebudayaan

                Pemerintah pendudukan Jepang melarang budaya Belanda dikembangkan dalam masya-rakat Indonesia. Begitu pun bahasa Belanda yang merupakan bahasa resmi pada masa pendudukan Hindia Belanda dilarang oleh pemerintah Jepang.

                Sebagai penggantinya, pemerintah Jepang memperkenalkan budaya Jepang pada masya-rakat Indonesia. Propaganda Jepang sebagai cahaya, pelindung dan pemimpin Asia pun dikumandangkan untuk menarik simpati rakyat. Jawa Hokokai (Kebaktian Rakyat Jawa) dibentuk oleh Jepang dengan tujuan untuk menghimpun rakyat Jawa agar mengorbankan diri melalui pengabdian pada pemerintah Jepang.

                Melalui Jawa Hokokai inilah pemerintah Jepang memperkenalkan budaya-budaya Jepang kepada rakyat Indonesia, seperti bahasa, adat-istiadat, dan pendidikan. Usaha lainnya yang dilakukan Jepang untuk mengembangkan kebudayaan di Indonesia adalah dengan membentuk Keimin Bunka Sidhoso atau lembaga kebudayaan. Lembaga ini berfungsi sebagai wadah seniman dalam menyalurkan karya-karya seni, seperti di bidang seni sastra, lukis, drama, fi lm, dan lainlainnya.

                Lembaga kebudayaan ini mengakibatkan seni sastra pada masa Jepang berkembang pesat terutama sajak dan roman. Disamping itu berkembang pula seni lukis, sandiwara, lagu, dan fi lm mengenai cerita yang dapat menimbulkan semangat patriotisme. Walaupun demikian pemerintah Jepang tetap member-lakukan aturan bahwa karya sastra tidak boleh melawan pada Jepang, sehingga karya sastra akan senantiasa diawasi oleh lembaga kebudayaan. Jadi, karya sastra yang dihasilkan bersifat sebagai alat untuk memuji penguasa. Karya sastra pada masa Jepang di antaranya Tjinta Tanah Sutji karya Nur Sutan Iskandar, Angin Fudji karya Usmar Ismail, Taufan di atas Asia karya dr. Abu Hanifah. Pada masa ini karya sastra mengalami perkembangan walaupun sastra yang dihasilkan bersifat sebagai alat untuk memuji penguasa.

3) Ekonomi

                Tujuan utama Jepang mengadakan imperialism adalah untuk mencari daerahdaerah yang kaya sumber daya alamnya untuk memenuhi keperluan Indus-trinya. Untuk itulah hasil-hasil tambang, perkebunan, pabrik, dan sektor-sektor eko-nomi yang lainnya dikuasai oleh Jepang. Begitu pula hasil panen rakyat harus disetor ke koperasi, pemerintah, dan sisanya boleh disimpan untuk keperluannya sendiri. Pada masa Jepang juga diadakan pelarangan impor, bahkan rakyat Indonesia harus membuat kain sendiri untuk dijadikan pakaian. Akibatnya rakyat banyak yang menggunakan pakaian dari karung goni. Kehidupan rakyat Indonesia pada masa Jepang sangat menderita. Rakyat kelaparan terjadi dimana-mana.

4) Politik

                Kekuasaan Jepang yang bersifat facistis mengakibatkan kekuasaannya dijalankan oleh golongan militer. Kekuasaan Jepang di Indonesia juga dijalankan oleh gubernur militer yang dinamakan Gunseikan dan wilayah di Indonesia juga dibagi ke dalam beberapa wilayah militer. Untuk membantu Jepang dalam menjalankan pemerintahan diangkat pegawai pemerintah. Pada masa Jepang juga didakan pelarangan bagi rakyat Indonesia untuk melaksanakan kegiatan politik.

                Organisasi politik yang berkembang pada masa pergerakan nasional dibubarkan oleh Jepang, kecuali organisasi itu mendukung kepentingan Jepang dalam Perang Pasifi k. Pemerintah Jepang membentuk beberapa organisasi sendiri yang semuanya ditujukan untuk kepentingan Perang Pasifi k. Sikap pemerintah Jepang yang tegas itulah mengakibatkan para tokoh pergerakan nasional memilih sikap kooperatif dalam menghadapi Jepang, walaupun juga ada yang masih bersifat non kooperatif.


UNIT 2

A. Dampak Kehidupan bagi Indonesa atas Penjajahan Jepang

1) Bidang Sosial

                Komunikasi di Indonesia mengalami kesulitan baik komunikasi antar pulau maupun komunikasi dengan dunia luar, karena semua saluran komunikasi dikendalikan oleh Jepang. Semua nama kota yang menggunakan Bahasa Belanda diganti dengan Bahasa Indonesia, seperti Batavia menjadi Jakarta dan Buitenzorg menjadi Bogor. Sementara itu, untuk mengawasi karya para seniman agar tidak menyimpang dari tujuan Jepang, maka didirikanlah pusat kebudayaan pada tanggal 1 April 1943 di Jakarta, yang dinamai Keimun Bunka Shidosho.

                Jepang yang semula disambut dengan senang hati, lambat laun berubah menjadi kebencian. Rakyat bahkan lebih benci pada pemerintah Jepang daripada pemerintah Kolonial Belanda. Mengapa? Hal ini dapat dikarenakan beberapa hal, yaitu: Jepang seringkali bertindak sewenang-wenang. Seringkali rakyat tidak bersalah ditangkap, ditahan dan disiksa. Kekejaman itu dilakukan oleh kempetai (polisi militer Jepang). Banyak gadis dan perempuan Indonesia yang ditipu Jepang dengan dalih untuk bekerja sebagai perawat atau disekolahkan, namun ternyata hanya dipaksa untuk melayani para kempetai (nafsu seks). Para gadis dan perempuan tersebut disekap dalam kamp-kamp yang tertutup sebagai wanita penghibur. Kamp-kamp tersebut dapat ditemukan di Semarang, Jakarta, Solo, dan Sumatera Barat. Akibatnya pula selama masa pendudukan Jepang kehidupan sosial masyarakat sangat memprihatinkan.

                Penderitaan rakyat semakin bertam-bah, karena segala kegiatan rakyat dicurahkan untuk memenuhi kebutuhan perang Jepang dalam menghadapi musuh-musuhnya. Terlebih lagi rakyat dijadi-kan Romusha (kerja paksa). Sehingga banyak jatuh korban akibat kelaparan dan penyakit.

2) Bidang Ekonomi

                Dalam rangka menguasai sumber-sumber ekonomi Indonesia, Jepang nenyusun beberapa rencana, antara lain:

a) tahap penguasaan,

yaitu menguasai seluruh kekayaan alam, termasuk kekayaan milik

pemerintahan Hindia Belanda

b) tahap penyusunan kembali struktur ekonomi wilayah dalam rangka memenuhi kebutuhan perang.

                Dalam tahap ini direncanakan setiap wilayah harus dapat mencukupi kebutuhannya sendiri untuk menunjang kebutuhan perang. Kegiatan ekonomi diarahkan untuk kepentingan perang sehingga seluruh potensi sumber daya alam dan bahan mentah digunakan untuk industri yang mendukung mesin perang. Jepang menyita seluruh hasil perkebunan, pabrik, bank dan perusahaan penting. Banyak lahan pertanian yang terbengkalai akibat titik berat kebijakan difokuskan pada ekonomi dan industri perang. Kondisi tersebut menyebabkan produksi pangan menurun dan kelaparan serta kemiskinan meningkat drastis. Jepang menerapkan sistem pengawasan ekonomi secara ketat dengan sanksi pelanggaran yang sangat besar.

3) Bidang Budaya

                Salah satu kebiasaan yang wajib dilakukan masyarakat Indonesia adalah penghormatan pada Tenno Heika (Kaisar Jepang) yang diyakini sebagai keturunan dewa matahari. Penghormatan kepada kaisar Jepang tersebut dilakukan dengan cara membungkukkan badan menghadap Tenno kea rah matahari terbit yang di sebut dengan Seikeirei.

                Penghormatan Seikeire biasanya diikuti dengan menyanyikan lagu kebang-saan Jepang (Kimigayo). Namun, kebiasaan penghormatan ini ditentang oleh kalangan ulama sehingga timbuk perlawanan fi sik dari para ulama. Misalnya, perlawanan yang dilakukan K. H. Zainal Mustafa, seorang pemimpin pondok pesantren Sukamanah, Tasikmalaya, Jawa Barat yang dikenal dengan peristiwa Singaparna. Salah satu dampak kebijakan pemerintah Jepang di bidang budaya adalah berkembangnya tradisi kerja bakti secara massal yang disebut kinrohosi.

4) Bidang Militer

                Kebijakan pemerintahan Jepang di bidang militer pada masa pendudukan dilakukan dengan membentuk badan-badan semi militer untuk membantu Jepang yang semakin terde-sak oleh sekutu dalam Perang Pasifi k. Mema-suki tahun 1943, Jepang semakin intensif mendidik dan melatih pemuda Indonesia di bidang militer.

                Organisasi semimiliter yang dibentuk Jepang adalah Seinendan, Keibodan, Fujinkai, Hizbullah, Barisan Pelopor, Heiho dan PETA. Melalui propagandanya, Jepang berhasil membujuk penduduk untuk menghadapi sekutu. Karena itulah mereka melatih rakyat dengan beragam latihan kemiliteran.

                Bekas pasukan PETA itulah yang menjadi Badan Keamanan Rakyat (BKR), yang menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan sekarang dikenal dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Dampaknya, pada Masa pendudukan Jepang, rakyat Indonesia mendapatkan banyak manfaat di bidang militer. Mereka dapat kesempatan untuk berlatih militer, barisberbaris, latihan menggunakan senjata, masuk organisasi militer bahkan ikut latihan perang.

5) Bidang Pendidikan

                yang diterapkan pemerintahan Jepang di bidang pendidikan adalah menghilangkan diskriminasi pendidikan. Pada masa Belanda yang dapat merasakan pendidikan hanya kalangan menengah atas. Sistem pendidikan zaman Belanda mulai dihilangkan oleh pemerintah Jepang sehingga seluruh lapisan masyarakat berhak mengenyam pendidikan. Selain itu, Jepang juga menerap-kan jenjang pendidikan formal di Indonesia seperti sistem pendidikan di Jepang, yaitu jenjang SD 6 tahun, SMP 3 tahun dan SMA 3 tahun.

                Salah satu kebijakan pendidikan masa pendudukan Jepang adalah penerapan sistem pendidikan militer sehingga sistem pengajaran dan kurikulum sekolah disesuaikan untuk kepentingan perang. Oleh karena itu, siswa memiliki kewajiban mengikuti latihan dasar kemiliteran, seperti barisberbaris dan menghapal lagu kebangsaaan Jepang. Selain itu, para guru diwajibkan untuk menggunakan bahasa Jepang dan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di sekolah menggantikan bahasa Belanda. Tujuan sistem pendidikan pemerintah Jepang adalah mencetak kader-kader yang akan mendukung kemenangan Jepang pada Perang Asia Timur Raya.


UNIT 3

A. Dampak Kehidupan bagi Indonesia atas Penjajahan Jepang

1) Bidang Sosial

                Komunikasi di Indonesia mengalami kesulitan baik komunikasi antar pulau maupun komunikasi dengan dunia luar, karena semua saluran komunikasi dikendalikan oleh Jepang. Semua nama kota yang menggunakan Bahasa Belanda diganti dengan Bahasa Indonesia, seperti Batavia menjadi Jakarta dan Buitenzorg menjadi Bogor. Sementara itu, untuk mengawasi karya para seniman agar tidak menyimpang dari tujuan Jepang, maka didirikanlah pusat kebudayaan pada tanggal 1 April 1943 di Jakarta, yang dinamai Keimun Bunka Shidosho.

                Jepang yang semula disambut dengan senang hati, lambat laun berubah menjadi kebencian. Rakyat bahkan lebih benci pada pemerintah Jepang daripada pemerintah Kolonial Belanda. Mengapa? Hal ini dapat dikarenakan beberapa hal, yaitu: Jepang seringkali bertindak sewenang-wenang. Seringkali rakyat tidak bersalah ditangkap, ditahan dan disiksa. Kekejaman itu dilakukan oleh kempetai (polisi militer Jepang). Banyak gadis dan perempuan Indonesia yang ditipu Jepang dengan dalih untuk bekerja sebagai perawat atau disekolahkan, namun ternyata hanya dipaksa untuk melayani para kempetai (nafsu seks). Para gadis dan perempuan tersebut disekap dalam kamp-kamp yang tertutup sebagai wanita penghibur. Kamp-kamp tersebut dapat ditemukan di Semarang, Jakarta, Solo, dan Sumatera Barat. Akibatnya pula selama masa pendudukan Jepang kehidupan sosial masyarakat sangat memprihatinkan.

                Penderitaan rakyat semakin bertam-bah, karena segala kegiatan rakyat dicurahkan untuk memenuhi kebutuhan perang Jepang dalam menghadapi musuh-musuhnya. Terlebih lagi rakyat dijadi-kan Romusha (kerja paksa). Sehingga banyak jatuh korban akibat kelaparan dan penyakit.

2) Bidang Ekonomi

                Dalam rangka menguasai sumber-sumber ekonomi Indonesia, Jepang nenyusun beberapa rencana, antara lain:

a) tahap penguasaan,

yaitu menguasai seluruh kekayaan alam, termasuk kekayaan milik

pemerintahan Hindia Belanda

b) tahap penyusunan kembali struktur ekonomi wilayah dalam rangka memenuhi kebutuhan perang.

                Dalam tahap ini direncanakan setiap wilayah harus dapat mencukupi kebutuhannya sendiri untuk menunjang kebutuhan perang. Kegiatan ekonomi diarahkan untuk kepentingan perang sehingga seluruh potensi sumber daya alam dan bahan mentah digunakan untuk industri yang mendukung mesin perang. Jepang menyita seluruh hasil perkebunan, pabrik, bank dan perusahaan penting. Banyak lahan pertanian yang terbengkalai akibat titik berat kebijakan difokuskan pada ekonomi dan industri perang. Kondisi tersebut menyebabkan produksi pangan menurun dan kelaparan serta kemiskinan meningkat drastis. Jepang menerapkan sistem pengawasan ekonomi secara ketat dengan sanksi pelanggaran yang sangat besar.

3) Bidang Budaya

                Salah satu kebiasaan yang wajib dilakukan masyarakat Indonesia adalah penghormatan pada Tenno Heika (Kaisar Jepang) yang diyakini sebagai keturunan dewa matahari. Penghormatan kepada kaisar Jepang tersebut dilakukan dengan cara membungkukkan badan menghadap Tenno kea rah matahari terbit yang di sebut dengan Seikeirei.

                Penghormatan Seikeire biasanya diikuti dengan menyanyikan lagu kebang-saan Jepang (Kimigayo). Namun, kebiasaan penghormatan ini ditentang oleh kalangan ulama sehingga timbuk perlawanan fi sik dari para ulama. Misalnya, perlawanan yang dilakukan K. H. Zainal Mustafa, seorang pemimpin pondok pesantren Sukamanah, Tasikmalaya, Jawa Barat yang dikenal dengan peristiwa Singaparna. Salah satu dampak kebijakan pemerintah Jepang di bidang budaya adalah berkembangnya tradisi kerja bakti secara massal yang disebut kinrohosi.

4) Bidang Militer

                Kebijakan pemerintahan Jepang di bidang militer pada masa pendudukan dilakukan dengan membentuk badan-badan semi militer untuk membantu Jepang yang semakin terde-sak oleh sekutu dalam Perang Pasifi k. Mema-suki tahun 1943, Jepang semakin intensif mendidik dan melatih pemuda Indonesia di bidang militer.

                Organisasi semimiliter yang dibentuk Jepang adalah Seinendan, Keibodan, Fujinkai, Hizbullah, Barisan Pelopor, Heiho dan PETA. Melalui propagandanya, Jepang berhasil membujuk penduduk untuk menghadapi sekutu. Karena itulah mereka melatih rakyat dengan beragam latihan kemiliteran.

                Bekas pasukan PETA itulah yang menjadi Badan Keamanan Rakyat (BKR), yang menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan sekarang dikenal dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Dampaknya, pada Masa pendudukan Jepang, rakyat Indonesia mendapatkan banyak manfaat di bidang militer. Mereka dapat kesempatan untuk berlatih militer, barisberbaris, latihan menggunakan senjata, masuk organisasi militer bahkan ikut latihan perang.

5) Bidang Pendidikan

                Yang diterapkan pemerintahan Jepang di bidang pendidikan adalah menghilangkan diskriminasi pendidikan. Pada masa Belanda yang dapat merasakan pendidikan hanya kalangan menengah atas. Sistem pendidikan zaman Belanda mulai dihilangkan oleh pemerintah Jepang sehingga seluruh lapisan masyarakat berhak mengenyam pendidikan. Selain itu, Jepang juga menerap-kan jenjang pendidikan formal di Indonesia seperti sistem pendidikan di Jepang, yaitu jenjang SD 6 tahun, SMP 3 tahun dan SMA 3 tahun.

                Salah satu kebijakan pendidikan masa pendudukan Jepang adalah penerapan sistem pendidikan militer sehingga sistem pengajaran dan kurikulum sekolah disesuaikan untuk kepentingan perang. Oleh karena itu, siswa memiliki kewajiban mengikuti latihan dasar kemiliteran, seperti barisberbaris dan menghapal lagu kebangsaaan Jepang. Selain itu, para guru diwajibkan untuk menggunakan bahasa Jepang dan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di sekolah menggantikan bahasa Belanda. Tujuan sistem pendidikan pemerintah Jepang adalah mencetak kader-kader yang akan mendukung kemenangan Jepang pada Perang Asia Timur Raya.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "MODUL 10 SEJARAH KELAS XI / PAKET C / SETARA SMA IPS"

Post a Comment